Jumat, 05 Desember 2014

PSIKOLINGUISTIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Di samping kemampuan untuk berbahasa, manusia juga mempunyai kemampuan lain yang spesifik. Membaca, manusia dapat menuangkan apa yang ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan kemudian disimpan untuk sehari, sebulan, setahun, atau bahkan lebih dari itu. Bahan dalam bentuk tulisan ini dimengerti oleh siapapun yang membacanya selama mereka memakai bahasa yang sama. Meskipun untuk tujuan yang berbeda, apa yang dikatakan oleh Carnie (2002; 3) berikut sangat mengena, yang artinya.
“Tidak ada makhluk lain di dunia ini, yang dapat berkomunikasi dengan simbol-simbol seperti ini. Namun, berbeda dengan kemampuan berujar kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang kodrati. Orang tidak harus membaca untuk dapat mempertahankan hidupnya. Banyak sekali orang di dunia ini yang tidak dapat membaca dan menulis. Ada 20.3% dari seluruh penduduk dunia ini yang pada tahun 2000 masih buta huruf.”
Membaca juga merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orantua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak untuk tumbuh kembang bahasanya kedepan

2.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas ditemukan beberapa masalah:
A.    Apa saja yang memengaruhi membaca dengan psikolinguistik?
B.     Apa itu sejarah tulisan?
C.     Bagaimana perkembangan tulisan di dunia ini?

3.    Tujuan
A.    Mengetahui pengaruh antara membaca dengan psikolinguistik
B.     Mengetahui sejarah tulisan
C.     Mengetahui perkembangan tulisan

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Sejarah Tulisan
Sejarah tulisan ternyata telah terentang sepanjang ribuan tahun. Mula-mula, muncul tulisan dalam bentuk gambar. Bangsa-bangsa kuno yang berperadaban tinggi, seperti bangsa Mesir kuno dan bangsa Maya juga mengenal tulisan yang disebut hieroglif. Saat ini, hampir semua orang di dunia bisa menulis. Orang dapat menuangkan gagasan di atas kertas atau surat elektronik dengan tulisan. Dalam bahasa Inggris, Spanyol, Indonesia, dan banyak bahasa yang lain, huruf, angka, dan tanda baca digunakan untuk menulis. Akan tetapi, sistem ini tidak selalu digunakan dalam tulisan.
1)        Piktograf
Manusia pertama yang mengenal tulisan tidak menggunakan huruf, kata-kata, dan tanda baca dalam tulisan mereka. Ribuan tahun yang lalu, mereka “menulis” dengan membuat gambar yang saat ini disebut piktograf. Para pakar mengatakan piktograf tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.
Kata “piktograf” diturunkan dari kata dalam bahasa Inggris “pictograph”. Akar kata “pictograph” adalah “pict” dan “graph”. “Pict” merupakan kata dalam bahasa Latin untuk picture (gambar). Sementara “graph” merupakan kata dalam bahasa Yunani yang artinya tulisan. Piktograf merupakan simbol. Kadang-kadang piktograf mewakili keseluruhan kata, tetapi kadang-kadang hanya mewakili suku-suku kata, atau bagian-bagian kata. Ribuan tahun lalu, bangsa Sumeria kuno menemukan salah satu bentuk piktograf. Dalam bahasa Sumeria kuno, ti berarti “panah”. Ti (atautil) juga berarti “kehidupan”. Karena itu, orang Sumeria menggunakan simbol panah untuk kedua kata tersebut.
2)        Hieroglif
Ribuan tahun lalu, bangsa Mesir kuno juga menemukan cara penulisan mereka sendiri yang disebut hieroglif. Mereka kadang-kadang menempatkan dua atau lebih gambar untuk “menuliskan” sebuah kata. Selama bertahun-tahun, tidak ada orang yang dapat membaca hieroglif bangsa Mesir kuno. Kemudian, pada 1822, seorang berkebangsaan Prancis bernama Jean-François Champollion mulai menyingkap makna hieroglif. dia bekerja dengan tekun selama bertahun-tahun, dan akhirnya dia berhasil menerjemahkannya.
Ternyata, sebuah hieroglif kadang-kadang merupakan sebuah kata. Akan tetapi, ada juga hieroglif yang hanya mewakili suatu bunyi. Hieroglif kadang juga dikombinasikan untuk membentuk sebuah kata. Bangsa Maya kuno di Meksiko juga menggunakan hieroglif. Beberapa hieroglif Maya mewakili keseluruhan kata. Beberapa yang lain mewakili bunyi atau suku kata.
3)        Penulisan dengan Alfabet
Saat ini, sebagian besar sistem penulisan menggunakan alfabet. Alfabet adalah daftar sejumlah huruf yang digunakan untuk menulis dalam sebuah bahasa. Tidak semua bahasa menggunakan huruf yang sama. Misalnya, alfabet bahasa Spanyol memiliki huruf ñ. Alfabet bahasa Inggris tidak memiliki huruf ini.
Alih-alih, dalam bahasa Inggris digunakan dua huruf untuk membentuk ñ: n dan y, seperti dalam kata canyon. Jumlah huruf dalam alfabet setiap bahasa berbeda-beda. Alfabet bahasa Inggris, juga bahasa Indonesia, memiliki dua puluh enam huruf. Alfabet Spanyol memiliki dua puluh tujuh huruf. Alfabet Rusia memiliki tiga puluh tiga huruf. Sementara alfabet Korea memiliki dua puluh empat huruf.
2.    Grafem dan Fonem
Grafem adalah keseluruhan dari huruf atau campuran huruf yang mewakili fonem. Jadi f yang mewakili fan, ph yang mewakili photo, dan gh yang mewakili cough merupakan satu grafem dan tiga varian atau alograf. Suatu sistem tulisan yang ideal adalah bahwa hubungan antara fonem dan grafem itu satu lawan satu.
Hal ini berbeda dengan bahasa tertentu seperti bahasa inggris. Dapat dikatakan bahwa bahasa inggris merupakan bahasa yang ucapan dan ejaannya paling kacau. Dalm kaitannya dengan membaca, korelasi antara grafem dan fonem ini memang peran yang penting karena makin besar korelasi itu, makin mudah bagi orang untuk mengucapkan apa yang dibaca. Bagi anak yang baru mulai belajar membaca, korelasi positf ini juga sangat membantu.
3.    Elemen pada Huruf
Kalau alfabet latin kita perhatikan dengan teliti maka akan kita dapati bahwa tiap huruf sebenarnya terdiri dari elemen-elemen yang sederhana yang diramu dengan berbagai cara. Huruf p q, b dan d misalnya, hanya terdiri dari satu garis lurus dan setengah lingkaran inilah yang disebut dengan elemen huruf.

4.    Tahapan dalam Membaca
a.    Tahap Pemula
Tahap pemula adalah tahap yang mengubah manusia dan tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Pada tahap pemula, anak perlu memperhatikan dua hal berikut ini:
1)      Keteraturan bentuk
2)      Pola gabungan huruf

b.   Tahap Lanjut
Tahap lanjut adalah tahap di mana prosesnya bukan terkonsentrasi pada kaitan anatar huruf dengan bunyi tetapi pada makna yang terkandung dalam bacaan. Pada tahap ini membaca dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisis input yang berupa bahan tertulis dan menghasilkan output yang berupa pemahaman atas bahan tersebut. Dalam proses seperti ini ada beberapa prasyarat yang harus dimiliki oleh pembaca, yaitu:
1)      Kemampuan pemrosesan kata dan kalimat
2)      Kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan
3)      Kemampuan untuk menangani ihwal yang baru
4)      Kemampuan untuk memilih


5.    Beberapa Model untuk Membaca
a.    Model Atas  ke Bawah
Model atas ke bawah yang sering juga dinamakan model berdasar konteks, mengasumsikan bahwa informasi tentang konteks dapat secara langsung mempengaruhi caranya kata dipersepsi dan diinterpretasi informasi dari konteks ini menyangkut beberapa hal:
1)      Adanya pengetahuan yang sifatnya umum dan sifatnya khusus
2)      Adanya pengetahuan mengenai kendala-kendala sintaktik maupun semantik pada bahasa, baik bahasa pada umumnya maupun bahasa yang dikuasai
3)      Adanya pengetahuan mengenai kendala atau knovensi otografik.

b.   Model Bawah ke Atas
Landasan dasar untuk model bawah ke atas yang juga disebut sebagai model yang berdasarkan stimulus, adalah bahwa rekognisi kata tergantung terutama pada informasi yang ada pada kta itu bukan pada konteksnya. Disamping itu rekognisi terjadi secara diskrit, berhirarki, dan bertahap. Informasi yang ada pada satu tahap dimanfaatkan untuk membangun tahap berikutnya. Karena itulah maka pada model ini ada tahap sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpretasi

BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Sejarah tulisan ada banyak, beberapa diantaranya yaitu tulisan piktograf, hieroglif dan alfabet, sementara itu mengenai grafem dan fonem. Grafem adalah keseluruhan dari huruf atau campuran huruf yang mewakili fonem. Jadi f yang mewakili fan, ph yang mewakili photo, dan gh yang mewakili cough merupakan satu grafem dan tiga varian atau alograf. Suatu sistem tulisan yang ideal adalah bahwa hubungan antara fonem dan grafem itu satu lawan satu.
Elemen huruf adalah seperti huruf p q, b dan d misalnya, hanya terdiri dari satu garis lurus dan setengah lingkaran. Tahapan membaca ada dua yaitu tahap pemula dan tahap lanjut. Model membaca ada dua cara yaitu model bawah ke atas dan atas ke bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Soenjono dardjowidjojo. 2003. Psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia. Yayasan pustaka obor Indonesia: Jakarta.

PROSEDUR PENGEMBANGAN EVALUASI



BAB IV
PROSEDUR PENGEMBANGAN EVALUASI PEMBELAJARAN
A.          PERENCANAAN EVALUASI
Dalam melaksanakan suatu kegiatan tentunya harus sesuai dengan apa yang direncanakan. Orang melaksanakan suatu kegiatan tanpa perancanaan yang jelas sehingga hasilnya pun kurang maksimal. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam kegiatan evaluasi adalah membuat perencanaan. W. James Popham(1974) mengemukakan maksud perencanaan evaluasi adalah “ to facilitate gathering data, thereby making possible valid statements about the effect or out comes of the program, practice, or policy under study”.
            Sehubung hal tersebut, Robert H. Davis, dkk. (1974) mengemukakan tiga kegunaan dari perencanaan evaluasi, yaitu:
1.             Evalution plan helps you to determine whether or not you have stated your objective in behavioral terms. If the conditions, behavior or standards or objective have been stated ambiguously, you will have difficulty designing a test to measure student achievement.
2.             Evaluation plan early in the design process is that you will be prepared to collect the  information you need when it is available.
3.             Evaluation plan is that it provides sufficient time for test design. To design a good test requires careful preparation and the quality of a test usually improves if it can be designed in a leisurely fashion.
Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan komprehensif sehingga perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.


Pentingnya Analisis Kebutuhan
            Pada dasarnya, analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran secara keseluruhan. Analisis kebutuhan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis kebutuhan adalah pendekatan sistem sehingga model analisisnya disebut analisis sistem. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisis sistem dapat mengikut langkah-langkah metode pemecahan masalah (problem solving method), yaitu mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan kesimpulan. Melalui analisis kebutuhan, evaluator akan memperoleh kejelasan masalah dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada pembuat atau penentu kebijakan.
            Hal penting yang harus dipahami oleh evaluator adalah ketika melakukan analisis kebutuhan dalam pembelajaran hendaknya dimulai dari peserta didik, kemudian komponen- komponen yang terkait dengannya.
Perencanaan evaluasi dapat ditinjau dari dua pendekatan, yaitu:
1.    Pendekatan program pembelajaran. Suatu program minimal terdiri atas tig dimensi, yaitu input, proses, dan output.dalam evaluasi CIPP terdapat empat dimensi, yaitu konteks, input, processand product. Di sini evaluator harus menyusun desain evaluasi yang dituangkan dalam bentuk proposal, karena melakukan evaluasi sama halnya dengan melakukan penelitian. Kegiatan evaluasi sama dengan kegiatan penelitian.
2.    Pendekatan hasil belajar. Pendekatan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu domain hasil belajar, proses dan hasil belajar dan kompetensi ( lihat ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam bab 1). Di sini perencanaan evaluasi dilihat dalam perspektif penilaian hasil belajar. Jika dalam penilaian itu sudah jelas akan menggunakan tes, maka ada baiknya kita simak pendapat Norma.E.Gronlund (1985) tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan suatu tes sebagai berikut:
a.    Detrermine the purpose of the test.
b.    Identify the learning outcomes to be measured by the test.
c.    Define the learning outcomesin the terms of specific, observable behavior.
d.   Outline the subject matter to be measurred by the test.
e.    Prepare a table of specifications.
f.     Use the table of specifications as basis for preparing test.
            Berdasarkan uraian diatas, maka dalam perencanaan penilaian hasil belajar, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti merumuskan tujuan penilaian, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar,menyusun kisi-kisi atau blueprint, mengembangkan draf instruman, uji coba dan analisis instrumen, revisi dn merakit instrument baru.
a.    Menentukan Tujuan Penelitianan
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Tujuan penilaian jangan terlalu umum sehingga tidak menuntun guru dalam menyusun soal. Dalam penilaian hasil belajar , ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif) , untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik  dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan). Dengan kata lain, tujuan penilaian harus dirumuskan sesuai dengan jenis penilaian penempatan atau seleksi. Rumusan tujuan penilaian harus memperhatikan domain hasil balajar, seperti domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor dari Bloom (1956) yang kemudian terkenal dengan Taxonomy Bloom.



b.    Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, semua jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum, seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar dan indicator.
Mengenai hasil belajar, Benyamin S.Bloom, dkk.  Mengelompokkanya dalam tiga domain, yaitu: (a)     domain kognitif (cognitive domain) yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman      (comprehension),penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). (b) domain afektif (affective domain), yang meliputi penerimaan (receiving), respons (responding), penilaian (valuing). Organisasi (organization), karakterisasi (characterization  by a value or value-complex). Dan (c) domain psikomotor (psychomotor domain), yang meliputi persepsi (perception), kesiapan melakukan sesuatu pekerjaan (set), respons terbimbing (guided response), kemahiran (complex overt response), adaptasi(adaptation), dan orijinasi (origination).
c.       Menyusun Kisi-Kisi
            Penyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betulrepresentatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik. Jika materi  penilain tidak relevan dengan materi pelajaran yang telah diberikan, maka akan berakibat hasil penilaian itu kurang baik.
            Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasa berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Kisi-kisi ini menjadi penting dalam perencanaan penilaian hasil belajar, karena didalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrument (soal). Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain: (1) representatif, yaituharus betul-betul mewakiliisi kurikulum sebagai sampel perilaku yang dinilai, (2) komponen-komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan mudah dipahami, (3) Soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
            Dalam praktiknya, penggunaan kata kerja operasional untuk setiap indikator harus disesuaikan dengan domain dan jenjang kemampuan yang diukur: berikut contoh rumusan kata kerja operasional.
a.    Domain kognitif
1)   Pengetahuan atau ingatan: mendefenisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, menyatakan dan sebagainya.
2)   Pemahaman: mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan, menuliskan kembali, meningkatkan, dan sebagainya.
3)   Penerapan: menghitung, mendemostrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankankan, menghubungkan, menunjukan, memecahkan, menggunakan, dan sebagainya.
4)   Analisasi: mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan,  menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci, dan sebagainya.
5)   Sintesis: menggolongkan, menggabungkan, menghimpun, menciptakan, merencanakan, menjelaskan, membangkitkan, mengorganisasi, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, dan sebagainya.
6)      Evaluasi: menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, dan sebagainya.
b.    Domain afektif
1)   Kemauan menerima: bertanya, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberi, berpegang teguh, menjawab, menggunakan, dan sebagainya.
2)   Kemauan menanggapi: menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, memprktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberi tahu, dan sebagainya.
3)   Berkeyakinan: melengkapi, menggambarkan, membeda-bedakan, mengusulkan, bekerja sama, mencoba, dan sebagainya.
4)   Ketekunan, ketelitian: merevisi, melaksanakan, memeriksa, kebenaran, melayani, dan sebagainya.
c.    Domain psikomotor
Menirukan, menggunakan, artikulasi (mengucapkan dengan nyata, menyatukan dengan menyambung), mewujudkan, membina,menukar, membersihkan, menyusun, menghubungkan, melatih, mengikuti, membuat bagan, melokalisasi, mengikat mencampur, mengasah/menajamkan, mengaduk, mengerjakan dengan teliti, memulai, memanaskan, mengidentifikasi, dan sebagainya.
            Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur, seperti telah dikemukakan sebelumnya. Ada pula sistematika yang lebih sederhana, yaitu aspek recall, komprehensi, dan aplikasi. Aspek recall berkenan denganaspek-aspek pengetahuan tentang istilah-istilah, definisi, fakta, konsep, metode, dan prinsip-prinsip. Aspek komprehensi berkenaan dengan kemampuan-kemampuan, antara lain: menjelaskan, menyimpulkan suatu informasi, menafsirkan fakta (grafik, diagram, table, dll), mentransferkan pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentukyang lain (misalnya dari pernyataan verbal ke non-verbal atau dari verbal ke bentuk rumus), memprakirakan akibat atu kosekwensi logis dari suatu situasi. Aspek aplikasi meliputi kemampuan-kemampuan, antara lain: menerapkan hukum/prinsip/teori dalam suasana yang sesungguhnya, memecahkan masalah, membuat (grafik, diagram, table dll), mendemonstrasikan penggunaan suatu metode, prosedur, dan lain-lain.
d.   Mengembangkan Draf  Instrumen
            Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan salah satu langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrument penilaian dapat disusun dalam bentuk tes maupun nontes. Dalam bentuk tes, berarti guru harus membuat soal. Penulisan soal adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Dalam bentuk nontes, guru dapat membuat angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat, minat, dan sebagainya.
e.    Uji Coba dan Anlisis Soal
     Dalam melaksanakan uji coba soal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1)   Ruangan tempatnya tes hendaknya diusahkan seterang mungkin, jika perlu dibuat papan pungumuman di luar agar orang lain tahu bahwa tes yang sedang berlangsung.
2)   Perlu disusun tata tertib pelaksanaan tes, baik berkenaan dengan peserta didik itu sendiri, guru, pengawas,  maupun teknis pelaksanaan tes.
3)   Para pengawas tes harus mengontrolpelaksanaan tes dengan ketat, tetapi tidak mengganggu suasana tes. Peserta didik yang melanggar tata tertib tes dapat dikeluarkan dari ruang tes.
4)   Waktu yang digunakan harus sesuai dengan banyaknya soal yang diberikan sehingga peserta  didik dapat bekerja dengan baik.
5)   Peserta didik harus benar-benar patuh mengerjakan semua petunjuk dan perintah dari penguji.
6)   Hasil uji coba hendaknya diolah, analisis, dan diadministrasikan dengan baik sehingga dapat diketahui soal-soal mana yang lemah untuk selanjutnya dapat diper baiki kembali.
f.     Revisi dan Merakit Soal (Instrumen Baru)
     Setelah soal diuji coba dan analisis, kemudian direvisi sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soaldan daya pembeda. Dengan demikian ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahsa, ada juga soal yang harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun alternative jawaban (option), bahkan ada soal yang harus dibuang atau disisihkan. Berdasarkan hasil revisi soal ini, barulah dilakukan perakitan soal menjadi suatu instrument yang terpadu.
B. PELAKSANAAN EVALUASI
Pelaksanaa evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dalam perencanaan evaluasi telah disinggung semua hal yang berkaitan dengan evaluasi. Artinya, tujuan evaaluasi, model dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instrument evaluasi, sumber data, semuanya sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrument, waktu pelaksanaan, sumber data, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan) mmaupun nontes (angket, observasi, wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan tes maupun nontes tersebut akan berbeda satu dengan lainnya, sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing.
Penetapan salah satu teknik dan bentuk evaluasi (misalnya hanya tes objektif) dapat menghambat penguasaan kompetensi peserta didik secara utuh sehingga tidak memberikan umpan balik dalam rangka diagnosis atau memodifikasi  pengalaman belajar. Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi:
1.    Data pribadi (personal) peserta didik, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, golongan darah, alamat, dan lain-lain.
2.    Data tentang kesehatan peserta didik, seperti penglihatan, pendengaran, penyakit yang sering diderita,dan kondisi fisik.
3.    Data tentang prestasi belajar (achievement) peserta didik disekolah.
4.    Data tentang sikap (attitude) peserta didik, seperti sikap terhadap sesama teman sebaya, sikap terhadap kegiatan pembelajaran, sikap terhadap guru dan kepala sekolah, dan sikap terhadap lingkungan sosial.
5.    Data tentang bakat (aptitude) peserta didik, seperti tidak adanya bakat dibidang olahraga, keterampilan mekanis, manajemen, kesenian, dan keguruan.
6.    Persoalan penyesuaian (adjustment), seperti kegiatan anak dalam organisasi sekolah, forum ilmiah, olahraga, dan kepanduan.
7.    Data tentang minat (interest) peserta didik
8.    Data tentang rencana masa depan peserta didik yang dibantu oleh guru dan orang tua sesuai dengan kesanggupan anak
9.    Data tentang latar belakang keluargga peserta didik, seperti pekerjaan orang tua, penghasilan tetap tiap bulan,kondisi lingkungan, serta hubungan peserta didik dengan orang tua dan saudara-saudaranya.

            Data yang harus seleksi tidak hanya data dari hasil evaluasi, tetapi juga data yang diperoleh dari pihak lain tentang peserta didik. Namun tidak semua data yang diperoleh pasti mempunyai kesalahan. Jika guru sendiri yang melaksanakan evaluasi iti tentang guru, akan lebih berhati-hati dalam memilih data menggunakan teknik dan instrumen evaluasi.
            Ada beberapa hal yang mungkinkan timbulnya keselahan-keselahan dalam pengumpuln data, yaitu sebagai berikut.
1.    Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan karena kurang sempurnanya instrument evaluasi. Misalnya, pada data yang berupa skor tes, mungkin tes yang dipergunakan kurang baik, tidak valid, tidak reliable, tidak prktis dan sebagainya. Pada data yang berupahasil-hasil observasi, mungkin pedoman observasinya  kurang jelas, data observasi kurang lengkap atau tidak melukiskan variable yang harus diobservasi. Prosedur verifikasinya adalah meneliti kembali instrument evaluasi yang digunakan dalam pengumpulan data.
2.    Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanyaprosedur pelaksanaan evaluasi yang dilakukan. Misalnya, pada data yang berupa skor tes, mungkin pada waktu pelaksanaan tes tersebut trejadi peristiwa-peristiwa yang berlawanan dengan kelaziman-kelaziman yang biasa, pengawsan kurang ketat, kondisi tempat pelaksanaan tes kurang nyaman, cahaya kurang terang, dan sebagainya. Prosedur verifikasinya adalah meninjau kembali komponen-komponen yang terkait dalam pelaksanaan evaluasi, syarat-syarat pelaksanaan evaluasi, dan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan evaluasi.
3.    Kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya cara pencatatan hasil evaluasi. Misalnya, pada data yang berupa skor tes. Prosedur verifikasinya adalah meneliti kembali pencatatan skor yang telah dilakukan, seperti ada tidaknya kekeliruan pada waktu mencatat hasil evaluasi, ada tidaknya kekeliruan dalam pemberian skor, dan ada tidaknya kekeliruan dalam menjumlahkan skor setiap peserta didik.
C.     MONITORING PELAKSANAAN EVALUASI
Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah ditetapkan atau belum. Tujuannya adalah untuk mencegah hal-hal yang negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring mempunyai dua fungsi pokok, yaitu (1) Untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi. (2) Untuk melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi. Dalam pelaksanaan penelitian hasil belajar sering terjadi peserta didik menyontek jawaban dri temannya, peserta didik mendapat bocoran jawaban soal, ada juga peserta didik yang tiba-tiba sakit ketika mengerjakkan soal-soal. Di sinilah pentingnya monitoring pelaksanaan evaluasi.
Dalam melaksanakan monitoring, evaluator dapat menggunakan beberapa teknik seperti observasi partisipatif, wawancara, atau studi dokumentasi. Untuk itu evaluator harus membuat perencanaan monitoring sehingga dapat dirumuskan tujuan, sasaran, data yang diperlukan, alat yang digunakan, dan pedoman analisis hasil monitoring. Hasil analisis monitoring ini dapat dijadikan landasan dan acuan untuk memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya dengan harapan akan lebih baik daripada sebelumnya.

D.PENGOLAHAN DATA
Setelah semua data dikumpulkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data. Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi ada yang berbentuk kualitatif, ada juga yang berbentuk kuantitatif. Data kualitatif tentu diolah dan dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan statistika.
Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil penelitian, yaitu:
1.    Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci skoring, dan pedoman konversi.
2.    Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma tertentu.
3.    Mengonversikan skor standar ke dalam nilai baik berupa huruf atau angka.
4.    Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reabilitas soal, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Jika data sudah diolah dengan aturan-aturan tertentu, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data itu sehingga memberikan makna. Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pengolahan data itu sendiri, karena setelah mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu. Memberikan interpretasi atau membuat pernyataan dari hasil pengolahan data itu sendiri.

Ada dua jenis penafsiran data, yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran individual.

1.    Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, seperti presstasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pembelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan utamanya adalah sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan antar kelompok.
2.    Penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya dilakukan secara perseorangan. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik, pertumbuhan fisik, kemajuan belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

E.PELAPORAN HASIL EVALUASI
Semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan , seperti orang tua atau wali , kepalas ekolah , pengawas , pemerintah , mitra sekolah  , dan itu peserta didikitu sendiri sebagai bentuk akuntabilitas publik .  Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran ,termasuk proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik serta perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak , sehingga orang tua atau wali (misalnya) dapat menentukan sikap  yang objektif dan mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak lanjut dari laporan tersebut .
Hasil evaluasi juga perlu dilaporkan kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen PendidikanNasional melalui Dinas Pendidikan Kabupaten atau kota dan provinsi, untuk melihat kemajuan-kemajuan peserta didik, baik secara kelompok maupun perseorangan , yang pada gilirannya akan memberikan penilaian tersendiri pada sekolah yang bersangkutan .
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi antara sekolah, peserta didik ,dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerjasama yang harmonis di antara mereka . Untuk itu ,ada beberapa hal yang harus diperhatikan , yaitu :
1.Konsisten dengan pelaksanaan penilaian sekolah
2.Memuat perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitakan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan pesertad idik .
3.Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar .
4.Mengandung berbagai cara strategi komunikasi .
5.Memberikan informasi yang benar , jelas , kompeherensif , dan akurat .
Dalam dokumen kurikulum berbasis kompetensi ,Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) menjelaskan , “laporan kemajuan siswa dapat dikategorikan menjadi dua jenis , yaitu lapaoran prestasi dalam mata pelajaran dan laporan pencapaian .

1.Laporan Prestasi Mata Pelajaran
Laporan prestasi mata pelajaran berisis informasi tentang pecapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2.Laporan Pencapaian
Laporan pencapaian merupakan laporan yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui berbagai kegiatan ,baik intra , ekstra maupun kokurikuler pada kurun waktu tertentu.
F. PENGGUNAAN HASIL EVALUASI
Tahap akhir dari prosedu revalues iadalah penggunaan ataupemanfaatan hasil evaluasi . Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah laporan . Laporan yang dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran , baik secara langsung maupun tidak langsung . Pihak – pihak yang dimaksud , antara lain : peserta didik , guru , kepala sekolah ,orang tua, pemilik dan pemakai lulusan . Sedangkan penggunaan hasil evaluasi , Remmer (1967) mengatakan ”we discuss here the use of test result to help students understand them selves better , explain pupil growth and development to parents and sisst the teacher in planning instruction . “ Dengan demikian , hasil evaluasi dapat digunakan untuk membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik , menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua , dan membantu guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas , maka dapat dikemukakan beberapa jeni spenggunaan hasil evaluasi sebagai berikut :
1.Untuk Keperluan Laporan Pertanggung jawaban
2.Untuk Keperluan Seleksi
3.Untuk Keperluan Seleksi
4.Untuk Keperluan Diagnosis
5.Untuk Memprediksi Masa Depan Peserta Didik

PENUTUP
Simpulan:
Jadi, Prosedur pengembangan evaluasi memiliki beberapa tahapan agar terciptanya satu keutuhan hasil analisa dari evaluasi itu sendiri diantaranya:
A.    Perencanaan Evaluasi
Perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan komprehensif sehingga perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya
B.     Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dalam perencanaan evaluasi telah disinggung semua hal yang berkaitan dengan evaluasi
C.     Monitoring Pelaksanaan Evaluasi
Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah ditetapkan atau belum. Tujuannya adalah untuk mencegah hal-hal yang negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi.
D.    Pengolahan Data
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi ada yang berbentuk kualitatif, ada juga yang berbentuk kuantitatif. Data kualitatif tentu diolah dan dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan statistika.
E.     Pelaporan Hasil Evaluasi
F.      Penggunaan Hasil Evaluasi