BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Di samping kemampuan
untuk berbahasa, manusia juga mempunyai kemampuan lain yang spesifik. Membaca,
manusia dapat menuangkan apa yang ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan
kemudian disimpan untuk sehari, sebulan, setahun, atau bahkan lebih dari itu.
Bahan dalam bentuk tulisan ini dimengerti oleh siapapun yang membacanya selama
mereka memakai bahasa yang sama. Meskipun untuk tujuan yang berbeda, apa yang
dikatakan oleh Carnie (2002; 3) berikut sangat mengena, yang artinya.
“Tidak ada makhluk lain
di dunia ini, yang dapat berkomunikasi dengan simbol-simbol seperti ini. Namun,
berbeda dengan kemampuan berujar kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang
kodrati. Orang tidak harus membaca untuk dapat mempertahankan hidupnya. Banyak
sekali orang di dunia ini yang tidak dapat membaca dan menulis. Ada 20.3% dari
seluruh penduduk dunia ini yang pada tahun 2000 masih buta huruf.”
Membaca juga merupakan
suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orantua atau orang dewasa dan dipelajari
oleh anak untuk tumbuh kembang bahasanya kedepan
2.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas ditemukan beberapa masalah:
A.
Apa saja yang
memengaruhi membaca dengan psikolinguistik?
B.
Apa itu sejarah
tulisan?
C.
Bagaimana perkembangan
tulisan di dunia ini?
3.
Tujuan
A.
Mengetahui pengaruh
antara membaca dengan psikolinguistik
B.
Mengetahui sejarah
tulisan
C.
Mengetahui perkembangan
tulisan
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah
Tulisan
Sejarah tulisan ternyata telah terentang sepanjang ribuan tahun.
Mula-mula, muncul tulisan dalam bentuk gambar. Bangsa-bangsa kuno yang
berperadaban tinggi, seperti bangsa Mesir kuno dan bangsa Maya juga mengenal
tulisan yang disebut hieroglif. Saat ini, hampir semua orang di dunia bisa
menulis. Orang dapat menuangkan gagasan di atas kertas atau surat elektronik
dengan tulisan. Dalam bahasa Inggris, Spanyol, Indonesia, dan banyak bahasa
yang lain, huruf, angka, dan tanda baca digunakan untuk menulis. Akan tetapi, sistem
ini tidak selalu digunakan dalam tulisan.
1)
Piktograf
Manusia pertama yang mengenal
tulisan tidak menggunakan huruf, kata-kata, dan tanda baca dalam tulisan
mereka. Ribuan tahun yang lalu, mereka “menulis” dengan membuat gambar yang
saat ini disebut piktograf. Para pakar mengatakan piktograf tersebut
digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.
Kata “piktograf” diturunkan dari
kata dalam bahasa Inggris “pictograph”. Akar kata “pictograph” adalah “pict”
dan “graph”. “Pict” merupakan kata dalam bahasa Latin untuk picture (gambar).
Sementara “graph” merupakan kata dalam bahasa Yunani yang artinya
tulisan. Piktograf merupakan simbol. Kadang-kadang piktograf mewakili
keseluruhan kata, tetapi kadang-kadang hanya mewakili suku-suku kata, atau
bagian-bagian kata. Ribuan tahun lalu, bangsa Sumeria kuno menemukan salah satu
bentuk piktograf. Dalam bahasa Sumeria kuno, ti berarti
“panah”. Ti (atautil) juga berarti “kehidupan”. Karena
itu, orang Sumeria menggunakan simbol panah untuk kedua kata tersebut.
2)
Hieroglif
Ribuan tahun lalu, bangsa Mesir kuno
juga menemukan cara penulisan mereka sendiri yang disebut hieroglif. Mereka
kadang-kadang menempatkan dua atau lebih gambar untuk “menuliskan” sebuah
kata. Selama bertahun-tahun, tidak ada orang yang dapat membaca hieroglif
bangsa Mesir kuno. Kemudian, pada 1822, seorang berkebangsaan Prancis bernama
Jean-François Champollion mulai menyingkap makna hieroglif. dia bekerja dengan
tekun selama bertahun-tahun, dan akhirnya dia berhasil menerjemahkannya.
Ternyata, sebuah hieroglif
kadang-kadang merupakan sebuah kata. Akan tetapi, ada juga hieroglif yang hanya
mewakili suatu bunyi. Hieroglif kadang juga dikombinasikan untuk membentuk
sebuah kata. Bangsa Maya kuno di Meksiko juga menggunakan hieroglif.
Beberapa hieroglif Maya mewakili keseluruhan kata. Beberapa yang lain mewakili
bunyi atau suku kata.
3)
Penulisan dengan Alfabet
Saat ini, sebagian besar sistem
penulisan menggunakan alfabet. Alfabet adalah daftar sejumlah huruf yang
digunakan untuk menulis dalam sebuah bahasa. Tidak semua bahasa menggunakan
huruf yang sama. Misalnya, alfabet bahasa Spanyol memiliki huruf ñ. Alfabet
bahasa Inggris tidak memiliki huruf ini.
Alih-alih, dalam bahasa Inggris
digunakan dua huruf untuk membentuk ñ: n dan y, seperti dalam kata canyon. Jumlah
huruf dalam alfabet setiap bahasa berbeda-beda. Alfabet bahasa Inggris, juga
bahasa Indonesia, memiliki dua puluh enam huruf. Alfabet Spanyol memiliki dua
puluh tujuh huruf. Alfabet Rusia memiliki tiga puluh tiga huruf. Sementara
alfabet Korea memiliki dua puluh empat huruf.
2.
Grafem
dan Fonem
Grafem
adalah keseluruhan dari huruf atau campuran huruf yang mewakili fonem. Jadi f
yang mewakili fan, ph yang mewakili photo, dan gh yang mewakili cough merupakan
satu grafem dan tiga varian atau alograf. Suatu sistem tulisan yang ideal
adalah bahwa hubungan antara fonem dan grafem itu satu lawan satu.
Hal
ini berbeda dengan bahasa tertentu seperti bahasa inggris. Dapat dikatakan
bahwa bahasa inggris merupakan bahasa yang ucapan dan ejaannya paling kacau.
Dalm kaitannya dengan membaca, korelasi antara grafem dan fonem ini memang
peran yang penting karena makin besar korelasi itu, makin mudah bagi orang
untuk mengucapkan apa yang dibaca. Bagi anak yang baru mulai belajar membaca,
korelasi positf ini juga sangat membantu.
3.
Elemen
pada Huruf
Kalau alfabet latin
kita perhatikan dengan teliti maka akan kita dapati bahwa tiap huruf sebenarnya
terdiri dari elemen-elemen yang sederhana yang diramu dengan berbagai cara.
Huruf p q, b dan d misalnya, hanya terdiri dari satu garis lurus dan setengah
lingkaran inilah yang disebut dengan elemen huruf.
4.
Tahapan
dalam Membaca
a.
Tahap
Pemula
Tahap pemula adalah
tahap yang mengubah manusia dan tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Pada
tahap pemula, anak perlu memperhatikan dua hal berikut ini:
1)
Keteraturan bentuk
2)
Pola gabungan huruf
b.
Tahap
Lanjut
Tahap lanjut adalah
tahap di mana prosesnya bukan terkonsentrasi pada kaitan anatar huruf dengan
bunyi tetapi pada makna yang terkandung dalam bacaan. Pada tahap ini membaca
dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisis input yang berupa
bahan tertulis dan menghasilkan output yang berupa pemahaman atas bahan
tersebut. Dalam proses seperti ini ada beberapa prasyarat yang harus dimiliki
oleh pembaca, yaitu:
1) Kemampuan
pemrosesan kata dan kalimat
2) Kemampuan
untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan
3) Kemampuan
untuk menangani ihwal yang baru
4) Kemampuan
untuk memilih
5.
Beberapa
Model untuk Membaca
a.
Model
Atas ke Bawah
Model atas ke bawah
yang sering juga dinamakan model berdasar konteks, mengasumsikan bahwa
informasi tentang konteks dapat secara langsung mempengaruhi caranya kata
dipersepsi dan diinterpretasi informasi dari konteks ini menyangkut beberapa
hal:
1) Adanya
pengetahuan yang sifatnya umum dan sifatnya khusus
2) Adanya
pengetahuan mengenai kendala-kendala sintaktik maupun semantik pada bahasa,
baik bahasa pada umumnya maupun bahasa yang dikuasai
3) Adanya
pengetahuan mengenai kendala atau knovensi otografik.
b.
Model
Bawah ke Atas
Landasan dasar untuk
model bawah ke atas yang juga disebut sebagai model yang berdasarkan stimulus,
adalah bahwa rekognisi kata tergantung terutama pada informasi yang ada pada
kta itu bukan pada konteksnya. Disamping itu rekognisi terjadi secara diskrit,
berhirarki, dan bertahap. Informasi yang ada pada satu tahap dimanfaatkan untuk
membangun tahap berikutnya. Karena itulah maka pada model ini ada tahap
sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpretasi
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Sejarah
tulisan ada banyak, beberapa diantaranya yaitu tulisan piktograf, hieroglif dan
alfabet, sementara itu mengenai grafem dan fonem. Grafem adalah keseluruhan dari
huruf atau campuran huruf yang mewakili fonem. Jadi f yang mewakili fan, ph
yang mewakili photo, dan gh yang mewakili cough merupakan satu grafem dan tiga
varian atau alograf. Suatu sistem tulisan yang ideal adalah bahwa hubungan
antara fonem dan grafem itu satu lawan satu.
Elemen huruf adalah
seperti huruf p q, b dan d misalnya, hanya terdiri dari satu garis lurus dan
setengah lingkaran. Tahapan membaca ada dua yaitu tahap pemula dan tahap
lanjut. Model membaca ada dua cara yaitu model bawah ke atas dan atas ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Soenjono
dardjowidjojo. 2003. Psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia.
Yayasan pustaka obor Indonesia: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar