BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar dapat didefinisikan
sebagai perubahan tingkah laku individu yang berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dapat dilakukan dimana
saja, salah satu lembaga resmi tempat belajar ialah sekolah.
Di sekolah, proses pembelajaran
merupakan transfer ilmu pengetahuan antara guru dan siswa karena seringnya
interaksi, maka guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar. Keberhasilan tersebut tentu harus diusahakan
karena keberhasilan belajar dalam suatu tahap akan memudahkan siswa untuk
belajar ditahap berikutnya.
Berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendekatan
pembelajaran. Telah banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli. Antara teori
yang satu dengan yang lain mungkin akan memiliki kemiripan atau malah
bertentangan. Hal ini, disebabkan sudut pandang dan pengkajian yang berbeda.
Namun, setiap teori pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal terpenting
bagi guru adalah mengetahui teori-teori tersebut sehingga dapat mengambil
setiap kelebihannya dan mengaplikasikannya.
Dari banyak para ahli yang
mengemukakan teori belajar, David Ausubel merupakan salah satu diantaranya.
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Inilah yang
membedakannya dari para ahli yang hanya belatar belakang psikologi, tetapi
teori-teori mereka diterjemahkan dari dunia psikologi ke pendidikan dalam
teorinya ini ausubel lebih menekankan pada “Belajar Bermakna” serta
variabel-variabel yang memengaruhinya. Untuk mengetahui lebih jauh, penyusun
akan membahas mengenai prinsip-prinsip belajar menurut Ausubel, Penerapannya
dalam mengajar, dan peta konsep sehingga dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
belajar menurut Ausubel?
2.
Bagaimana
menerapkan teori belajar Ausubel?
3.
Apa
fungsi peta konsep?
4.
Apakah
belajar hafalan memiliki peran yang penting?
5.
Apa
peranan subsumsi obileratif?
6.
Apa
variabel yang memengaruhi proses belajar bermakna?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
belajar menurut Ausubel
2.
Mengetahui
cara menerapkan teori Ausubel dalam mengajar
3.
Mengetahui
peta konsep
4.
Mengetahui
peran belajar hafalan
5.
Mengetahui
peranan sybsumsi obileratif
6.
Mengetahui
variabel yang memengaruhi proses belajar bermakna
BAB II
BELAJAR BERMAKNA
A. Belajar
Menurut Ausubel
Menurut
Ausubel, belajar dapat diklasifikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana
siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang elah ada.
Struktur kognitif ialah fakta, konsep, dan generalisasi yang telah di pelajari
dan diingat oleh siswa.
Pada
tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat di komunikasikan pada siswa
dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk
final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yanag akan diajarkan.dalam
tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan inforemasi itu pada
pengetahuan ( berupa konsep atau lainnya ) yang telah dimiliknya; dalam hal ini
terjadi belajar bermakana akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Ausubel
menyatakan bahwa banyak ahli pendidikan menyamakan belajar penerimaan dengan
belajar hafalan sebab mereka berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi
bila siswa menemukan sendiri pengetahuan.
1. Belajar
Bermakna
Inti teori Ausubel tentang belajar ialah
belajar bermakna ( Ausubel, 1968 ) bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan
suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dasar –dasar belajar bermakna
menyangkut perubahan-perubahan dalam jumlah atau ciri-ciri neuron yang berpartisipasi dalam belajar bermakna.
Peristiwa psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi
baru pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi
dalam belajar bermakna, informasi baru di asimilasikan pada subsumer-subsumer
relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.
2. Belajar
hafalan
Bila
dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau
subsumer-subsumer relevan, informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak
ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep
relevan yang sudah ada dalam strukur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
Pada kenyataannya, guru dan bahan-bahan pelajaran sangat jarang menolong para
siswa dalam menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam struktur
kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan akibatnya pada
para siswa hanya terjadi pada belajar hafalan.
3. Subsumsi-Subsumsi
Obileratif
Selama
belajar bermakna berlangsung informasi baru terkait pada konsep-konsep dalam
struktur kognitif. Untuk menekankan pada fenomena pengaitan ini, ausubel
mengatakan istilah subsumer. Subsumer memegang peranan dalam proses perolehan
informasi baru. Dalam belajar bermakna, subsumsi mempunyai peranan interakif,
memperlancar gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-penghalang
perseptual dan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru diterima dan
pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Lagi pula, dalam proses terjadinya
kaitan ini, subsumer itu mengalami
perubahan.
Selama
belajar bermakna, subsumer mengalami modifikasi dan terdiferensiasi lebih
lanjut. Diferensiasi subsumer diakibatkan oleh asimilasi pengetahuan baru
selama belajar bermakna berlangsung informasi yang dipelajarai secara bermakna
biasanya lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara hafalan.
Menurut Ausubel, terjadi subsumsi oblliteratif (subsumsi yang telah rusak).
Menurut
Ausubel dan juga Novak (1977) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, yaitu :
a)
Informasi yang dipelajari secara
bermakna lebih lama diingat;
b)
Informasi yang tersubsumsi berakibatkan
peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar
berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
c)
Informasi yang dilupakan sesudah
obliteratif meninggalkan efek residual pada subsumer sehingga mempermudah
belajar hal-hal mirip, walaupun telah terjadi “lupa”.
4.
Variabel yang Memengaruhi Belajar
Penerimaan Bermakna
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
belajar bermakna menurut Ausubel (1963) ialah struktur kognitif yang ada,
stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada
waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan faliditas dan
kejelasan arti-arti yang timbul. Saat informasi masuk ke dalam struktur
kognitif itu, demikian pula proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, jelas, dan diatur
dengan baik, arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul
dan cenderung bertahan. Akan tetapi sebaliknya, jika struktur kognitif itu
tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur struktur kognitif itu cenderung
menghambat belajar.
Prasyarat-prasyarat belajar
bermakna adalah sebagai berikut:
a.
Materi
yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
b.
Anak
yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar
bermakna .
Kebermanaan materi pelajaran
secara potensial bergantung pada dua faktor, yaitu sebagai berikut:
a.
Materi
itu harus memiliki kebermaknaan logis.
b.
Gagasan-gagasan
yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN:
Jadi, Belajar Bermakna adalah suatu
proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dasar–dasar belajar bermakna
menyangkut perubahan-perubahan dalam jumlah atau ciri-ciri neuron yang berpartisipasi dalam belajar bermakna. dalam
belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan
yang telah ada dalam struktur kognitif. Bila
dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau
subsumer-subsumer relevan, informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak
ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada
konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam strukur kognitif, akan terjadi
belajar hafalan.
subsumsi mempunyai peranan interakif, memperlancar
gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-penghalang perseptual dan
menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru diterima dan pengetahuan
yang sudah dimiliki sebelumnya.
Ausubel juga menyatakan bahwa ) ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna, yaitu :
a)
Informasi yang dipelajari secara
bermakna lebih lama diingat;
b)
Informasi yang tersubsumsi berakibatkan
peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar
berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
c)
Informasi yang dilupakan sesudah
obliteratif meninggalkan efek residual pada subsumer sehingga mempermudah
belajar hal-hal mirip, walaupun telah terjadi “lupa”.
Variabel
yang memengaruhi
Belajar Penerimaan Bermakna
adalah:
a)
Materi
yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
b)
Anak
yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar
bermakna .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar