BAB
I
PENDAHULUAN
a.
LATAR BELAKANG
Ejaan
Yang Disempurnakan merupakan merupakan standar penulisan
yang baik agar penulisan dapat dibenahi struktur kalimat dan katanya. Setiap
penulisan harus sempurna terutama dalam penulisan skripsi, buku bacaan, novel,
dan sejenisnya. EYD terbagi atas beberapa aturan yaituPenulisan huruf,
Penulisan Kata, Pemakaian Tanda baca, dan Penulisan unsur serapan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagian-bagian tersebut
secara rinci. Dimulai dari penulisan huruf yang terdiri dari huruf kapital,
huruf miring, dan huruf tebal. Penulisan kata terdiri dari kata dasar, kata
turunan, bentuk ulang, gabungan kata, suku kata, partikel. Pemakaian tanda baca
seperti tanda titik, tanda koma, titik koma, titik dua, hubung, pisah, tanda
tanya, tanda seru, elipsis, tanda petik
ganda, petik tunggal, kurung, kurung siku, dan garis miring.
b.
RUMUSAN MASALAH
Dari pembahasan di
atas ditmukan beberapa masalah:
A.
Apa
saja bagian dari penulisan huruf?
B.
Apa
saja bagian dari penulisan kata?
C.
Bagaiman
cara mengetahui penempatan tanda baca?
D.
Apa
saja penulisan Unsur serapan itu?
c.
TUJUAN MAKALAH
A.
Untuk
mengetahui penulisan huruf
B.
Untuk
mengetahui penulisan kata
C.
Memahami
penempatan tanda baca
BAB II
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
4.1
Penulisaan Huruf
4.1.1
Huruf Kapital
1.
Huruf kapital dipakai pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia
membaca buku
Apa
maksudnya?
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung. Misalnya:
Adik
bertanya, “Kapan kita pulang?”
Ibu
berkata, “Hati-hatilah, nak!”
3.
Huruf kapital dalam istilah keagamaan.
Islam,
Kristen, Hindu, Allah, Yang maha Esa, Quran, Weda
4.
Huru kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Huru
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
Mahaputra
Yamin
Haji
Agus Salim
Nabi
Ibrahim
Huru
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Huru kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru diangkat
menjadi sultan
Pada tahun ini dia naik
haji
5.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instasi, atau nama
tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya:
Wakil
Presiden Boediono
Gubernur
Jawa Tengah
Profesor
Supomo
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
Amir
Hamzah, Halim Perdanakusuma Dewi Sartika
6.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:
Bangsa
Indonesia
Suku
Jawa
Bahasa
Indonesia
7.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama, tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya:
tahun
Hijriah
bulan
Agustus
hari
Jumat
8.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertam unsur-unsur nama diri dan geografi. Misalnya:
Jakarta
Asia
Tenggara
Eropa
9.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik
Indonesia
Departemen
Keuangan
10.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial
11.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata ( termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul
buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal. Misalnya:
Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma.
Bacalah
majalah Bahasa dan Sastra .
12.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan
nama diri. Misalnya:
Dr. Doktor
S.E. Sarjana Ekonomi
Prof. Profesor
Ny.
Nyonya
Sdr. Saudara
4.1.2 Huruf Miring
1.
Huruf miring dalam cetakan yang dipakai
untuk menuliskan nama buku , majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Misalnya:
Saya
belum pernah membaca buku
Negarakertagama
Karangan Prapanca
Berita
itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul
skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan
tidak ditulis dengan huruf miring , tetapi diapit dengan tanda petik.
2.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Huruf
pertama kata abad adalah a.
Dia
bukan menipu,melainkan ditipu.
Bab
ini tidak membicarakan huruf kapital.
4.1.3 Huruf Tebal
1.
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar
lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya:
Judul:HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bagian
bab:
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
Daftar,
indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
2.
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata ; untuk keperluan itudigunakan huruf miring. Misalnya:
Akhiran
-i tidak dipenggal pada ujung baris
Saya
tidak mengambil bukumu
Gabungan
kata kerja sama ditulis terpisah
Seharusnya
ditulis dengan huruf miring:
Akhiran
-i tidak dipenggal pada ujung baris
Saya
tidak mengambil bukumu
Gabungan
kata kerja sama ditulis terpisah
4.2 Penulisan Kata
4.2.1 Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai salah satu
kesatuan. Misalnya:
Buku itu sangat menarik
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu
Kantor pajak penuh sesak
4.2.2 Kata Turunan
1.
a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
lukisan
b.imbuhan
dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
mem-PHK-kan
di-upgrade
me-recall
2.
Jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya . (lihatjuga keterangan
tanda hubung.) Misalnya:
Bertepuk tangan
Menganak sungai
Garis bawahi
4.2.3 Bentuk Ulang
1.
Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung diantara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Anak-anak
Berjalan-jalan
Biri-biri
Hati-hati
2.
Awalan
dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya:
Kekanak-kanakan
Perundang-undangan
Dibesar-besarkan
Memata-matai
4.2.4 Gabungan Kata
1)
Unsur-unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya:
Duta besar model
linear
Kambing hitam orang
tua
2)
Gabungan
kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Misalnya:
Acapkali darmasiswa
Adakalanya beasiswa
Bagaimana belasungkawa
4.2.5 Suku Kata
1)
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.
Jika
ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukak di
antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
Ni-at
Sa-at
Bu-ah
b.
Huruf
diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
Pan-dai
Au-la
Am-boi
2)
Pemenggalan
kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan diantara bentuk dasar dan
imbuhan atau partikel itu. Misalnya:
Ber-jalan letak-kan
Mem-bantu pergi-lah
Di-ambil apa-kah
4.2.6. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada
dan daripada. Misalnya:
a) Bermalam
sajalah disini.
b)
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam
kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai. Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
4.2.7.
Partikel
A. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
a.
Bacalah buku itu baik-baik!
b.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
B. Partikel pun ditulis terpisah dari
kata yang mendahuluinya. Misalnya:
a. Apapun
permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
b.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun
membaca di tempat itu.
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak
asri.
C.
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ditulis terpisah dari
kata yang
mengikutinya. Misalnya:
a. Pegawai
negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
b.
Mereka masuk ke kelas satu per satu.
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang
ditulis dengan huruf yang dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.
4.2.8.
Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri
atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan. Misalnya: A.H Nasution (Abdul
Haris Nasution); H. Hamid (Haji Hamid); Suman Hs. (Suman Hasibuan); W.R
Supratman (Wage Rudolf Supratman); M.B.A. (master of business administration);
S.E. (sarjana ekonomi); Bpk. (bapak); Kol. (kolonel); dan sebagainya.
b.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata
ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat); WHO (World Health Organization); PT (perseroan
terbatas); SD (sekolah dasar); PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa); KTP (kartu
tanda penduduk); dan sebagainya.
4.2.9.
Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau
kata. Angka dipakai sebagai lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab :
0, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi :
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5000)
1.
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau pemaparan. Misalnya:
a. Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b. Kendaraan yang
dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2.
Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Misalnya:
0,5 sentimeter tahun
1928
5 kilogram 17
Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam
20 menit
10 liter pukul
15.00
Rp5.000,00 10
persen
US$
3,50* 27
orang
¥100 2.000
rupiah
Catatan:
1.
Tanda titik pada contoh bertanda bintang
(*) merupakan tanda decimal.
2.
Tanda titik mata uang, seperti Rp, US$,
¥
tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambing itu dan
angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
10.
Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dank au- ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
1.
Buku ini boleh kaubaca.
2.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di
perpustakaan.
3.
Rumahnya sedang diperbaiki.
A.
Tanda
Hubung (-)
1.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata
yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:
a) Di
samping cara lama diterapkan juga ca-
ra
baru.
2.
Tanda hubung menyambung awalan dengan
bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang
mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
a) Kini
ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
3.
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
a) Anak-anak
4.
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
a) 8-4-2012
5.
Tanda hubung boleh dipakai untuk
memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan
bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
a) Ber-evolusi
6.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai.
a) Se- dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital.
b) Ke-
dengan angka,
c) Angka
dengan –an,
d) Kata
ganti imbuhan dengan singkatan nerhuruf kapital,
e) Kata
ganti yang berbentuk imbuhan, dan
7.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai
unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
a) Di-smash.
B.
Tanda
Pisah (-)
1.
Tanda pisah dipakai untuk membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama
kalimat. Misalnya:
a)
Kemerdekaan itu-hak segala bangsa-harus
dipertahankan.
2.
Tanda pisah dipakai untuk menegaskan
adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas. Misalnya:
a)
Rangkaian temuan ini-evolusi, teori
kenisbian, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
a)
Tahun 1928-2012
Catatan:
1)
Tanda pisah tunggal dapat digunakan
untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat.
2)
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung tanda spasi sebelum dan sesudahnya.
C.
Tanda
Tanya (?)
1.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat
tanya.
Misalnya:
a)
Kapan dia berangkat?
b)
Saudara tahu, bukan?
2.
Tanda tanya dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
a)
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
b)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
D.
Tanda
Seru (!)
Tanda seru dipakai
untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhannya, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
a)
Alangkah indahnya taman laut!
b)
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
E.
Tanda
Elipsis (...)
1.
Tanda elipsis digunakan dalam kalimat
yang terputus-putus.
Misalnya: -
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
-
Jika saudara setuju dengan harga itu
..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2.
Tanda elipsis untuk menunjukan bahwa
dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
-
Sebab-sebab kemosrotan ... akan diteliti
lebih lanjut.
-
Pengetahuan dan pengalaman kita ...
masih sangat terbatas.
F.
Tanda
Petik Ganda ( “ ” )
1.
Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
Misalnya:
-
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa
negara ialah bahasa indonesia”
2.
Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit
judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
-
Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman
5 buku itu.
3.
Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang kurang dikenal atau kata yang
mmpunyai arti khusus.
Misalnya:
-
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara
“coba dan ralat” saja.
G. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
1.
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, “kau dengar bunyi ‘ kring-kring ’ tadi?
2.
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:
terpandai ‘paling’ pandai.
3.
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing. (Lihat pemakaian
tanda kurung).
Misalnya:
feed-back ‘balikan’
H. Tanda Kurung ( () )
1.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
anak itu tidak memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk).
2.
Tanda kurung digunakan untuk mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sejak Tranggono yang berjudul “Ubud” (Nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
3.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa
indonesia menjadi kokain(a).
4.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit
angka atau huruf yang merinci urutan keterangan.
Misalnya: Faktor
produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja.
I.
Tanda
Kurung Siku ( [] )
1.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan
atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung .
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35-38]) perlu dibentangkan disini.
J.
Tanda
Garis Miring (/)
A.
Tanda garis miring dipakai di dalam
nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwin atau tahun ajaran.
B.
Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
K. Tanda
Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Dia ‘kan sudah
kusaurati. (‘kan = bukan)
Malam ‘lah
tiba (‘lah = telah)
L. Penulisan
Unsur Serapan
Kata Asing Penyerapan
Salah Penyerapan Benar
Risk Resiko Risiko
System Sistim Sistem
Technologie Tehnoloji Teknologi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan
bagaiman menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secar teknis, ejaan
adalah aturan penulis huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
penulisan tanda baca.
Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah ejaan yang telah ditetapkan dan
diberlakukan eEjaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam pedoman umum
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah.
Saran:
Makalah ini hanyalah mengupas sebagian kecil dari pedoman umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan oleh karena itu bagi rekan-rekan yang ingin lebih
mendalami tentang Ejaan Yang Disempurnakan, sebaiknya mencari reverensi
tambahan sebagai pelengkap dari yang telah kami sajikan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional, Peraturan Mentri Nomor 46 Tahun 2009. Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan EYD Terbaru. Yogyakarta: Pustaka Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar