Jumat, 05 Desember 2014

PENYUNTINGAN (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)



BAB I
PENDAHULUAN
a.       LATAR BELAKANG
Ejaan Yang Disempurnakan merupakan merupakan standar penulisan yang baik agar penulisan dapat dibenahi struktur kalimat dan katanya. Setiap penulisan harus sempurna terutama dalam penulisan skripsi, buku bacaan, novel, dan sejenisnya. EYD terbagi atas beberapa aturan yaituPenulisan huruf, Penulisan Kata, Pemakaian Tanda baca, dan Penulisan unsur serapan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan bagian-bagian tersebut secara rinci. Dimulai dari penulisan huruf yang terdiri dari huruf kapital, huruf miring, dan huruf tebal. Penulisan kata terdiri dari kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, suku kata, partikel. Pemakaian tanda baca seperti tanda titik, tanda koma, titik koma, titik dua, hubung, pisah, tanda tanya, tanda seru, elipsis, tanda  petik ganda, petik tunggal, kurung, kurung siku, dan garis miring.

b.      RUMUSAN MASALAH
Dari pembahasan di atas ditmukan beberapa masalah:
A.    Apa saja bagian dari penulisan huruf?
B.     Apa saja bagian dari penulisan kata?
C.     Bagaiman cara mengetahui penempatan tanda baca?
D.    Apa saja penulisan Unsur serapan itu?

c.       TUJUAN MAKALAH
A.    Untuk mengetahui penulisan huruf
B.     Untuk mengetahui penulisan kata
C.     Memahami penempatan tanda baca

BAB II
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

4.1 Penulisaan Huruf
4.1.1 Huruf Kapital
1.    Huruf kapital dipakai pada awal kalimat. Misalnya:
Dia membaca buku
Apa maksudnya?
2.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Ibu berkata, “Hati-hatilah, nak!”
3.    Huruf kapital dalam istilah keagamaan.
Islam, Kristen, Hindu, Allah, Yang maha Esa, Quran, Weda
4.     Huru kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Huru kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Nabi Ibrahim
Huru kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Huru kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya:
Dia baru diangkat menjadi sultan
Pada tahun ini dia naik haji
5.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instasi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya:
Wakil Presiden Boediono
Gubernur Jawa Tengah
Profesor Supomo
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
Amir Hamzah, Halim Perdanakusuma Dewi Sartika
6.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:
Bangsa Indonesia
Suku Jawa
Bahasa Indonesia
7.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama, tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Agustus
hari Jumat
8.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertam unsur-unsur nama diri dan geografi. Misalnya:
Jakarta
Asia Tenggara
Eropa
9.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
10.     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
11.     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra .


12.     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya:
Dr.            Doktor
S.E.          Sarjana Ekonomi
Prof.         Profesor
Ny.           Nyonya
Sdr.          Saudara

4.1.2 Huruf Miring
1.    Huruf miring dalam cetakan yang dipakai untuk menuliskan nama buku , majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku
Negarakertagama Karangan Prapanca
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring , tetapi diapit dengan tanda petik.
2.    Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu,melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan huruf kapital.
4.1.3 Huruf Tebal
1.    Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya:
Judul:HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bagian bab:
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
2.    Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata ; untuk keperluan itudigunakan huruf miring. Misalnya:
Akhiran -i tidak dipenggal pada ujung baris
Saya tidak mengambil bukumu
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah

Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran -i tidak dipenggal pada ujung baris
Saya tidak mengambil bukumu
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah





4.2 Penulisan Kata
4.2.1 Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai salah satu kesatuan. Misalnya:
Buku itu sangat menarik
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu
Kantor pajak penuh sesak
4.2.2 Kata Turunan
1.      a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
lukisan
b.imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
mem-PHK-kan
di-upgrade
me-recall
2.      Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya . (lihatjuga keterangan tanda hubung.) Misalnya:
Bertepuk tangan
Menganak sungai
Garis bawahi
4.2.3 Bentuk Ulang
1.      Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung diantara unsur-unsurnya. Misalnya:
Anak-anak
Berjalan-jalan
Biri-biri
Hati-hati
2.      Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya:
Kekanak-kanakan
Perundang-undangan
Dibesar-besarkan
Memata-matai

4.2.4 Gabungan Kata
1)      Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya:
Duta besar            model linear
Kambing hitam    orang tua
2)      Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Misalnya:
Acapkali               darmasiswa
Adakalanya          beasiswa
Bagaimana           belasungkawa
4.2.5 Suku Kata
1)        Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.       Jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukak di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
Ni-at
Sa-at
Bu-ah
b.      Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
Pan-dai
Au-la
Am-boi
2)        Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan diantara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. Misalnya:
Ber-jalan               letak-kan
Mem-bantu           pergi-lah
Di-ambil               apa-kah
4.2.6. Kata Depan di, ke, dan dari
          Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya:
a)      Bermalam sajalah disini.
b)      Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai. Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
4.2.7. Partikel
A. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
a. Bacalah buku itu baik-baik!
b.      Apakah yang tersirat dalam surat itu?
B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
a.       Apapun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
b.      Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
C. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ditulis terpisah dari kata yang
    mengikutinya. Misalnya:
a.       Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
b.      Mereka masuk ke kelas satu per satu.
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf yang dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.
4.2.8. Singkatan dan Akronim
   1) Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan. Misalnya: A.H Nasution (Abdul Haris Nasution); H. Hamid (Haji Hamid); Suman Hs. (Suman Hasibuan); W.R Supratman (Wage Rudolf Supratman); M.B.A. (master of business administration); S.E. (sarjana ekonomi); Bpk. (bapak); Kol. (kolonel); dan sebagainya.
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat); WHO (World Health Organization); PT (perseroan terbatas); SD (sekolah dasar); PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa); KTP (kartu tanda penduduk); dan sebagainya.
4.2.9. Angka dan Bilangan
   Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
   Angka Arab                : 0, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
   Angka Romawi           : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
 (1000), V (5000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan. Misalnya:
a. Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Misalnya:
     0,5 sentimeter                                                                 tahun 1928
     5 kilogram                                                                      17 Agustus 1945
     4 meter persegi                                                               1 jam 20 menit
     10 liter                                                                            pukul 15.00
     Rp5.000,00                                                                    10 persen
     US$ 3,50*                                                                     27 orang
     ¥100                                                                               2.000 rupiah
Catatan:
1.      Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda decimal.
2.      Tanda titik mata uang, seperti Rp, US$, ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambing itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
10. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
            Kata ganti ku- dank au- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
1.      Buku ini boleh kaubaca.
2.      Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
3.      Rumahnya sedang diperbaiki.
A.   Tanda Hubung (-)
1.      Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:
a)      Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru.
2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
a)      Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur  panas.
3.      Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
a)      Anak-anak
4.      Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
a)      8-4-2012
5.      Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
a)      Ber-evolusi
6.      Tanda hubung dipakai untuk merangkai.
a)      Se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital.
b)     Ke- dengan angka,
c)      Angka dengan –an,
d)     Kata ganti imbuhan dengan singkatan nerhuruf kapital,
e)      Kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
7.      Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
a)      Di-smash.

B.   Tanda Pisah (-)
1.      Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya:
a)      Kemerdekaan itu-hak segala bangsa-harus dipertahankan.
2.      Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya:
a)      Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah.
3.      Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Misalnya:
a)      Tahun 1928-2012
Catatan:
1)      Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat.
2)      Dalam pengetikan,  tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanda spasi sebelum dan sesudahnya.

C.   Tanda Tanya (?)
1.      Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
a)      Kapan dia berangkat?
b)      Saudara tahu, bukan?
2.      Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
a)      Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
b)      Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

D.   Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhannya, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
a)      Alangkah indahnya taman laut!
b)      Bersihkan kamar itu sekarang juga!

E.   Tanda Elipsis (...)
1.      Tanda elipsis digunakan dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:  -     Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
-          Jika saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2.      Tanda elipsis untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
-          Sebab-sebab kemosrotan ... akan diteliti lebih lanjut.
-          Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.

F.    Tanda Petik Ganda ( “  ” )
1.      Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
-          Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa negara ialah bahasa indonesia”
2.      Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
-          Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3.      Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang kurang dikenal atau kata yang mmpunyai arti khusus.
Misalnya:
-          Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.

G.  Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
1.      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya dia, “kau dengar bunyi ‘ kring-kring ’ tadi?
2.      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya: terpandai ‘paling’ pandai.
3.      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing. (Lihat pemakaian tanda kurung).
Misalnya: feed-back ‘balikan’

H.  Tanda Kurung ( () )
1.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: anak itu tidak memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk).
2.      Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya: Sejak Tranggono yang berjudul “Ubud” (Nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa indonesia menjadi kokain(a).
4.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci urutan keterangan.
Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.

I.      Tanda Kurung Siku ( [] )
1.      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung .
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan disini.

J.     Tanda Garis Miring (/)
A.    Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin atau tahun ajaran.
B.     Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
K.    Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya:
Dia ‘kan sudah kusaurati. (‘kan = bukan)
Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)

L.     Penulisan Unsur Serapan
Kata Asing                 Penyerapan Salah                 Penyerapan Benar
Risk                             Resiko                                     Risiko
System                         Sistim                                      Sistem
Technologie                 Tehnoloji                                 Teknologi






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaiman menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secar teknis, ejaan adalah aturan penulis huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah ejaan yang telah ditetapkan dan diberlakukan eEjaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah.

Saran:

Makalah ini hanyalah mengupas sebagian kecil dari pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan oleh karena itu bagi rekan-rekan yang ingin lebih mendalami tentang Ejaan Yang Disempurnakan, sebaiknya mencari reverensi tambahan sebagai pelengkap dari yang telah kami sajikan ini.




DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Mentri Nomor 46 Tahun 2009. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD Terbaru. Yogyakarta: Pustaka Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar